Senin, 25 Agustus 2014

Catatan Yos Sutiyoso


HIDROPONIK, Hidro=air, ponos=daya, hidroponik = memberdayakan air.
Jangan ditulis dan diucapkan sebagai HIDROPHONIK, karena phonos = suara, sehingga
menjadi suara air. Ngilu mendengarnya!
Definisi=nya ruparupa
! Soilless culture, Budidaya dalam greenhouse, Budidaya anorganik,
accchhh, peduli amat, sich, yang penting hasilnya unggul dalam kualitas dan kuantitas, hemat
air, hemat energi, versatility/kelincahannya
tinggi, bersahabat dengan lingkungan, tidak ada
pencemaran oleh bakteri E. Coli, dan menghasilkan produk yang sehat, hygienis, aromatis,
dengan protein dan vitamin yang melimpah, dan berpenampilan yang menarik dan menimbulkan
selera untuk mengkonsumsinya.
Memang diakui memerlukan pemodalan yang besar, managerial skill yang tinggi, marketing
network yang canggih, dan sumber daya manusia yang handal! Kerjakan !
BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA HIDROPONIK.
1. Menggunakan media, misalnya :
a) Tanah. Kelemahannya ialah banyak mengandung bibit penyakit cendawan dan bakteri atau
cyste/kistanya,
yang setelah beberapa bulan akan meledak penyakitnya. Juga banyak
mengandung benih gulma, yang sewaktuwaktu
akan muncul. Kadang mengandung bibit hama,
misalnya ulat tanah Agrotis, dan beberapa jenis nematoda, a.l. Meloidogyne.
b) Pasir. Sudah ditinggalkan, karena mahal, sukar didapat, mahal transportasinya, tinggi biaya
penyebarannya di kebun, berat, padat, kecil rongga udaranya, kompak padat menyulitkan
pertumbuhan akar.
c) Humus, Kompos. Hanya baik bagi tanaman yang ditumbuhkan secara vegetatif saja, misalnya
sayuran daun : bayam, caysim, kangkung, pakchoy, kailan, selada.
d) Cocopeat, gambut bubuk sabut kelapa. Kandungan saponinnya tinggi, kadang2 > EC 3,0
mS/cm, sehingga kurang peluang untuk memberi pupuk, tanpa melampaui batas
phytotoksisitas.
Harus dicuci dgn air mengalir, hingga EC saponinnya
0,0 0,5,
tergantung
tanaman yang akan ditanam apakah tanamannya sukulen atau berkayu.
e). Arang sekam. Bila tidak musim panen padi, maka sekam sukar didapat. Bila dibuat sendiri,
karena teknologi pe,buatannya mudah.
2. Menggunakan media air.
a) NFT – Nutrient Film Technic – Hidroponik Talang Landai. Menyontek NFT dan greenhouse,
buatan Belgia, yang diimpor siappakai,
milik almarhum Ir Sunarto di Jln Semboja, Margonda,
Depok, thn 1983, saya membuat versi lokal dengan menggunakan talang hujan rumah tangga.
Talang dengankelandaian tangens 5 %, larutan nutrisi mengalir dengan ketebalan 3 – 4 mm,
menjadikannya kaya oksigenterlarut,
karena riak yang bergulunggulung
berhubungan langsung
dengan udara. Sistem NFT ini sangat populer!
b) DFT – Deep Flow Technic – Hidroponik Talang Datar. Kedalaman air dipertahankan pada
kedalaman tidak lebih dari 8 cm, supaya beban tidak terlampau berat bagi talang. Air masuk
pada ujung yang satu dan keluar melalui lubang pada ketinggian 8 cm pada ujung yang lain.
Aerasi pada sistem ini kurang sempurna, sehingga sulit untuk mencapai produksi yang tinggi.
Antara styrofoam yang dipasang pada ketinggian 10 cm, dengan permukaan air pada ketinggian
8 cm, ada rongga udara setebal 2 cm, untuk aerasi.
c). Floating Raft Technic – Hidroponik Rakit Apung. Kolam dengan kedalaman 40 cm, diisi
larutan nutrisi setebal 30 cm, diapungi styrofoam tebal 3 cm, diberi berpuluh lubang tanam,
ditanami anak semai sayuran daun, dengan akarnya menjuntai ke dalam larutan nutrisi. Dengan
blower ditambahkan udara ke dalam tandon, untuk meningkatkan kadar oksigenterlarut.
Pengelolaan instalasi sangat mudah.
3. Menggunakan media air dan tanah/lumpur.
a) Hidroponik Pasang Surut – Ebb and Flood. Biasanya digunakan dalam produksi tanaman hias
dalam pot. Pot diletakkan dalam bak dan kaki pot digenang oleh larutan nutrisi setinggi 4 – 8 cm,
selama beberapa menit, kemudian larutan dialirkan keluar kembali secara gravitasi, dilakukan
sekali dalam beberapa hari. Pot berisi media, biasanya tanah bercampur bahan organis. Tinggi
larutan perendaman harus dibatasi, untuk mencegah media mengapung dan merubuhkan
tanaman.
b) Hidroponik perendaman. Sawah adalah suatu sistem hidroponik perendaman, dengan air
mengalir lambatlambat,
didorong oleh debit air pada inlet sebesar 1 liter/hektar/detik, suatu
jumlah yang besar. (Dikecualikan : Sawah tadah hujan, yang mendapat pasokan air dari hujan,
dan air dipertahankan di lahan itu selama mungkin.)
4. Menggunakan udara sebagai media
Aeroponik . Anak semai yang ditancapkan ke dalam lubang tanam, yang dibuat pada sehelai
styrofoam, akarnya bergelayutan bebas ke bawah. Diliput oleh kabut butiran halus larutan nutrisi,
melalui sprinklers yang digerakkan oleh pompa tekanan tinggi, secara terus menerus tanpa
henti, akar bermandikan butiran halus, yang kandungan oksigenterlarutnya
sangat tinggi, yang
sangat menunjang proses respirasi. Larutan yang tidak mengenai akar dikumpulkan dan
dialirkan kembali ke tandon/reservoir larutan nutrisi, untuk resirkulasi.
Dihari depan sistem
aeroponik akan banyak diterapkan unuk memproduksi bibit induk kentang, dan karenanya kita
sudah harus mulai fokus pada teknik aeroponik. Percobaan yang berhasil baik telah pula
dilakukan terhadap aeroponik produksi bunga potong Chrysanthemum/krisan dan Lily. Umur
tanaman dapat direduksi dari 12 minggu menjadi 8 minggu. Jumlah kuntum bunga yang mekar
serempak dapat ditingkatkan dari dua menjadi tiga kuntum. Kecerahan warna dan aroma dapat
pula ditingkatkan sedikit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar